SABAR
DI ATAS SEGALANYA
OLEH : Erhansyah, S.Ag
Awal dari kesabaran adalah ketika sebuah musibah menimpa diri
kita. Yang namanya musibah adalah sesuatu yang tidak mengenakkan bagi siapa
saja yang ditimpanya. Baik itu kesusahan, meninggalnya anggota keluarga, adanya
bencana alam, sakit, dan lain sebagainya. Ketika musibah ini terjadi maka
disinilah kesabaran itu diperlukan. Dan ini di dalam agama disebut dengan sabar
dalam menghadapi musibah.
Allah swt memang telah memberitahukan kepada kita akan ada
datangnya sebuah musibah kepada kita, tidak perduli siapa dan dimana kita,
kapan dan darimana datangnya musibah itu dan bagaimana musibah itu terjadi.
Sebagaimana firman Nya dalam surah ke 2 Al Baqarah ayat 155 sebagai berikut :
Artinya :” dan sungguh akan kami berikan ujian kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.” ( 2:155)
Melalui ayat ini Allah memberitahukan kepada segenap manusia,
bahwa mereka akan diberikan “UJIAN” berupa sedikit ketakutan, kekurangan harta,
jiwa dan buah buahan. Ujian disini mengandung musibah atau bencana yakni bahwa
suatu saat kita akan merasa kekurangan makanan, karena mata pencaharian kita,
perolehan kita dikurangi sedikit oleh Allah swt, yang petani bisa saja hasil panennya
berkurang dari tahun lalu. Yang pedagang bisa saja tida mendapatkan keuntungan
sebagaimana sebelumnya. Yang nelayan bisa saja hasil tangkapan ikannya
berkurang disebabkan tidak teraturnya pasang surutnya air. Yang pegawai bisa
saja gajinya atau insentifnya atau tunjangannya berkurang atau tidak terbayar
oleh Negara karena sesuatu hal. Bahkan tidak hanya yang berhubungan dengan
makanan, jiwa dan harta kita bias saja sedikit dikurangi baik karena dicuri
atau dirampok, atau disita karena sebuah kasus yang menimpa kita, atau ditimpa
kebakaran yang menyebabkan harta kita menjadi lenyap dalam sekejap. Atau bisa
saja anak satu satunya buah hati belahan jantung meninggal dunia karena kecelakaan, suami atau
isteri tercinta pergi meninggalkan kita untuk selama lamanya. Semua ini oleh
Allah swt sudah diberitahukan kepada kita melalui firman Nya tersebut di atas
tadi.
Kejadian apa saja yang menimpa diri kita, sebagai seorang
muslim, seorang mukmin adalah wajib dibentengi dengan sikap SABAR. Makna sabar
sesungguhnya bukanlah sikap menyerah pada keadaan, atau pasrah terhadap apa
yang terjadi. Tetapi sabar sesungguhnya menghidupkan gairah dan motivasi untuk
bangkit, motivasi untuk berupaya mencari jalan keluar dari sebuah kesulitan,
dari sebuah kesusahan yang ia alami saat ini. Sehingga setelah musibah ini
terjadi maka setiap gerak langkah kita akan terasa mudah dan tidak larut dalam
kesedihan yang tiada akhir. Itulah makanya Allah swt nyatakan dalam Al Qur’an Surah Al
Insyirah ayat 6 sebagai berikut :
Artinya : “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”( 094 : 6)
Dalam sebuah hadist ada diceritakan bahwa Ummu Salamah ra. Suatu
ketika pulang dari sebuah majelis di rumah Rasulullah saw.
“Aku (Ummu Salamah ra) berkata : aku mendengar Rasulullah saw
bersabda : yang artinya :”tiada seorang
muslim yang ditimpa musibah kemudian ia membaca “ innalillahi wa inna ilaihi ra ji’un”, lalu membaca doa “ya Allah berilah pahala bagiku dalam
musibahku ini, dan gantikanlah untukku dari musibah yang lebih baik dari
padanya” melainkan akan diganti oleh Allah swt”
Alkisah, ketika suami Ummu Salamah ini yaitu yang bernama Abu
Salamah berpulang ke rahmatullah, maka berdoalah Ummu Salamah ini seperti yang
diajarkan oleh Rasulullah saw. Ummu Salamah sebenarnya sempat bertanya dalam hati, siapa gerangan
yang akan menggantikan suaminya ini, dan sebagaimana doa dan sabda Rasulullah saw tadi,
tentulah akan mendapatkan pengganti yang lebih baik.
Diceritakan bahwa setelah masa iddah Ummu Salamah ra. Sudah
berlalu, dan kala itu Ummu Salamah sedang bekerja menyamak kulit tiba tiba
datanglah Rasulullah saw ke rumahnya. Setelah diberi izin dan masuk kerumahnya Rasulullah saw
mengutarakan kepada Ummu Salamah bahwa beliau mau meminangnya.
Ummu Salamah ra berkata :” tidak mungkin aku tidak mau dengan
engkau wahai Rasulullah saw, tetapi aku ini wanita yang pencemburu, aku
khawatir akan terjadi sesuatu pada diriku dan aku khawatir akan disiksa oleh Allah
swt lagi pula aku juga sudah tua dan aku seorang janda yang mempunyai anak”
Mendengar ucapan itu Rasulullah saw menjawab “adapun yang engkau
sebut mengenai cemburu, maka Allah akan menghilangkannya, adapun mengenai umur
yang sudah tua maka akupun ujar Nabi SAW
sudah tua, adapun mengenai anak, maka anakmu adalah anakku jua”
Mendengar ucapan Rasulullah saw tersebut maka Ummu Salamah ra
memenuhi pinangan Rasulullah saw dan terjadilah pernikahan antara Rasulullah
SAW dan Ummu Salamah ra.
Hadist ini menggambarkan kepada kita bahwa kejadian yang dialami
oleh Ummu Salamah tentu saja akan banyak terjadi dimana mana, dan bila itu
disikapi dengan sabar dan selalu berdoa, maka Allah swt akan memberikan
pengganti yang lebih baik dari sebelumnya, sebagaimana yang terjadi pada Ummu
salamah ra.
Selain itu sebuah musibah yang menimpa seseorang sudah barang
tentu sebagai ujian terhadap semua manusia, adalah orang orang yang sabar dan
terus berjuang untuk sabar akan mendapatkan ganjaran dan pahala di sisi Allah
swt. Dan dengan sebuah musibah sesungguhnya Allah swt ingin membuktikan bahwa
siapa saja di antara manusia yang sanggup keluar dengan kepala tegak dan tegar
dan tentulah mereka itu orang orang yang mempunyai ketakwaan dan keimanan yang
selalu mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah swt sebagai wujud dari rasa
ber Tuhankan Allah swt.
Rasulullah saw memberikan perumpamaan bahwa sabar adalah sebagai
penerangan (ASHSHABRUDHIYA U) “sabar
adalah sebagai penerangan”
Rasulullah saw bersabda : “kebersihan itu setengah dari iman, dan
ucapan Alhamdulillah, memenuhi apa yang di langit dan di bumi, sembahyang
sebagai pelita (cahaya), sedekah sebagai bukti iman, KESABARAN ITU PENERNGAN.
Sabar sebagai pelita atau penerangan mengandung makna bahwa orang
yang ditimpa musibah tentu akan terasa gelap gulita pikirannya. Bagi pedagang
yang bangkrut tentu kalau tidak sabar akan merasa gelap dan suram masa depan
usahanya, tetapi dengan sabar, maka tentulah pikirannya akan menjadi tenang dan
tenteram sehingga yang tadinya hatinya gelap gulita akan berubah menjadi terang
benderang karena sikapnya yang sabar dalam menghadapi ujian yang ia yakini
semuanya dari Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar