HADIRIN KAUM MUSLIMIN
RAHIMAKUMULLAH
Marilah kita selalu berupaya untuk meningkatkan
kualitas ketaqwaan kita kepada Allah swt sebagai manvifestasi rasa syukur
kepada Nya, kepada Allah swt. Dengan
syukur yang kita lakukan, maka nikmat yang selama ini kita dapatkan niscaya
akan semakin bertambah
Artinya : “Jika kamu bersyukur atas nikmat yang
Allah berikan, maka Allah akan
menambanya, dan jika kamu mengingkari (tidak mensyukurinya) maka Allah akan
menurunkan siksa yang amat pedih “
Dari sebahagian besar nikmat yang Allah berikan
kepada kita itu, khususnya bangsa Indonesia adalah nikmat kemerdekaan,
yang Insya Allah, besok hari tanggal 17
Agustus 2013 adalah Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 68.
Bila kita boleh mengingat kembali sejarah perjuangan
bangsa kita ini, meskipun sebahagian besar diantara kita tidak ikut berjuang,
maka sungguh pekerjaan yang sangat berat yang telah diperjuangkan oleh para
pahlawan bangsa ini. Cucuran keringat, tetesan darah dan air mata sungguh tiada
terhitung banyaknya. Itu semua mereka lakukan dengan satu tujuan dan satu kata
yakni merdeka. Sehingga pilihan yang ada pada mereka saat itu adalah hanya dua
kata sebagaimana slogan yang sering kita dengan, yakni Merdeka atau Mati.
Kepada mereka yang telah gugur di medan perjuangan selayaknya
kita mendoakan agar mereka mendapatkan tempat yang layak disisi Allah swt dan diturunkan
rahmat magfirah dan syafaat dari Rasulullah saw khususnya mereka yang beragama
islam (muslim dan muslimat).
HADIRIN JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH
Bila boleh pula kita menelaah kembali makna
kemerdekaan, maka yang diperjuangan oleh pendahulu kita tersebut tiada lain
adalah
“terbebasnya kita dari penghambaan, penjajahan,
berdiri sendiri, tidak terikat, tidak tergantung kepada orang lain atau pihak
tertentu, bebas dari tekanan, bebas dari intimidasi yang mengungkung gerak
langkah kita”
Setidaknya itulah pengertian merdeka menurut Kamus
Bahasa Indonesia. Akan halnya dalam agama kita, yakni Islam, maka merdeka itu
pada diri manusia sesungguhnya sudah dimaklumatkan oleh Allah swt dan kita
persaksikan di hadapan Allah swt, ketika kita masih berada di alam rahim sang
bunda tercinta kita.
Sebagaimana firman Allah swt dalam Al Qur’an surah
Al A’raf ayat 172 yang berbunyi :
Artinya : “Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)"
Pada ayat ini Allah swt sangat jelas menegaskan
bahwa setiap manusia lahir ke alam dunia ini adalah makhluk yang merdeka, bebas
mengekpresikan kehendaknya dan kemauannya, namun ia wajib mengakui akan wujud
Allah swt, mengakui ketergantungannya hanya kepada Allah swt. Maka dalam hal
ini, kemerdekaan menurut konsep islam paling tidak adalah “bahwa dalam ke
fitrahannya bebas berbuat apa saja tetapi ia punya ketergantungan, punya
keterikatan sebagai hamba hanya kepada Allah swt. Ia tidak boleh terikat
penghambaan kepada harta, ia tidak boleh terikat penghambaan terhadap sesama
manusia, ia tidak boleh terikat penghambaan terhadap kekuasaan dan jabatan,
tidak boleh terikat penghambaan dengan egonya sendiri”.
Sebagai hamba yang hanya boleh menghambakan diri
hanya kepada Allah swt dan hanya boleh meminta pertolongan kepada Allah swt.
:”Hanya
Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan.
”Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan
ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai
Tuhan yang disembah.
Karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan
yang mutlak terhadapnya.
Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata
isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang
tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
Bila hal sebaliknya yang terjadi, maka itu artinya
kita tidak merdeka terhadap harta, tidak merdeka terhadap pangkat-jabatan-dan
pekerjaan, tidak merdeka terhadap sesama manusia dan tidak merdeka terhadap ego
atau hawa nafsu kita.
Dalam hal hablum minan Nas, (hubungan pergaulan,
interaksi sesama manusia ) kita pun harus menjadi pribadi yang merdeka. Agama
kita mengajarkan untuk saling kenal, saling tolong menolong dalam kebaikan dan
taqwa, saling menghargai, saling mencintai. Kondisi seperti ini menggambarkan
betapa kita adalah sama dihadapan Allah swt, tidak boleh kita tidak ingin
mengenalnya hanya karena mereka miskin, tidak mau menolong hanya karena bukan
keluarga sedarah kita, tidak mau menghargai karena ia adalah bawahan atau
pelayan dan pembantu kita. Kalau ini yang terjadi maka kita tidak mempunyai
pribadi yang merdeka dan tidak memerdekakan posisi orang lain selain kita.
Seseorang yang menjadi pelayan atau buruh atau
pekerja upahan tidak boleh jiwanya dikekang, terjadinya istilah pembantu dan
majikan, bawahan dan atasan, adalah karena adanya hubungan Aantara yang
memerlukan dan diperlukan. antara
pelayan dan majikan misalnya, hanya sebatas bahwa sebuah pekerjaan yang oleh
majikannya tidak mampu dikerjakan oleh dirinya sendiri, karenanya ia memerlukan
bantuan oranglain. Bahkan kita mempunyai kewajiban membayar upah hasil jerih
payahnya sebelum kering keringatnya.
Artinya “Bayarlah upahnya sebelum kering
keringatnya” (Al Hadist)
Di bagian lain kita juga harus merdeka dari hak hak
yang semestinya menjadi milik kita sebagai penerima hak. Kita mesti merdeka
untuk mendapatkan pelayanan dari orang yang mestinya harus memberikan
kemerdekaan bagi orang yang memperolehnya, tidak boleh ada ketergantungan
diantara kedua selain ketergantungan kepada Allah swt. Tidak boleh hanya karena
dia memberikan uang pelicinnya lantas
dialah yang harus dilayani. Kita juga mestinya merdeka untuk mendapatkan hak
pendidikan, merdeka untuk mendapat hak kesehatan dan lain sebagainya.
HADIRIN JAMAAH JUM’AT YANG SAMA SAMA DIRAHMATI ALLAH
SWT
Itulah sebahagian dari makna kemerdekaan dalam islam
yang tentu sangat relevan dengan kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa ini 68 tahun yang silam.
Maka sesungguhnya semua yang dipaparkan di atas akan
dapat direalisasikan sesuai dengan koridor yang sebenarnya manakala kemerdekaan
ini disi dengan nilai nilai taqwa. Ketika kemerdekaan ini tidak diisi dengan
nilai taqwa, maka sesungguhnya pula kita belum duduk, berdiri dan hidup pada
posisi bangsa yang merdeka.
Allah swt sudah dengan jelas menyatakan bahwa
“sesungghnya yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa”
Artinya : “Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Demikian khutbah ini kami sampaikan semoga
bermanfaat bagi kita semua dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia yang kita
cintai dan melanjutkan cita cita para pejuang kemerdekaan yakni terwujudnya
bangsa yang “BALDATU THAYYIBATUN WA RABBUN GAFUR”